Posisikan diri Anda sebagai mitra belajar bersama masyarakat. Tinggal dan bekerja bersamalah dengan masyarakat dari apa yang mereka lakukan di kebun, rumah dan lingkungan mereka. Kalau akan memperkenalkan sebuah teknologi, kembangkan ujicoba teknologi tersebut bersama masyakat, analisa hasil ujicoba, kemudian menyebarluaskan hasil pembelajaran tersebut ke petani lain.
Sebagai agen perubahan, tentu saja fasilitator harus memiliki sikap dan perilaku serta mental yang benar-benar ingin memperjuangkan terjadinya perubahan bagi masyarakat dan lingkungannya. Orang yang bekerja dengan memberikan hatinya bagi masyarakat, bersikap dan bertindak sebagai ‘sahabat’ sekaligus ‘teladan’ bagi masyarakat yang ingin melakukan perubahan.
Namun, kebanyakan, dalam menjalankan tugas seorang fasilitator seringkali mengkonsepkan diri mereka sebagai ‘Pegawai’ yang berhak untuk menyuruh- nyuruh masyarakat. Bila menghadapi sikap seorang fasilitator yang benar, maka seorang program officer tidak bisa serta merta menyuruh fasilitator secara verbal. Seorang program officer harus bersikap dan bertindak dengan memberikan contoh langsung di hadapan fasilitator. “Begini ini seharusnya fasilator bekerja, tangan harus berani kotor ….!”, demikian Wayan Tambun (eks program officer WN di Oecusse).
Walaupun memang pada awalnya pendekatan ini tidak serta merta berpengaruh positif dalam mempengaruhi sikap dan perilaku fasilitator Bahkan ada yang “menolak” dengan berbagai alasan dan menunjukkan antipati terhadap diri Wayan Tambun. Walau menghadapi tantangan seperti itu, Wayan Tambun tetap konsisten menerapkan pendekatan dengan memberikan teladan kepada para staf lembaga mitra, bahkan hingga kini tahun 2011. Bukan hanya bekerja di kebun, tetapi juga dalam membuat kandang ternak, pengolahan makanan bergizi, membangun jaringan air bersih, dll. Dengan berlalunya waktu, kini sikap dan perilaku serta
“Pokoknya harus jadi! Bagaimanapun caranya, mari kita cari jalan”. Itulah kira-kira intisari dari semangat dari seorang fasilitator yang harus ditumbuhkan. Semngat dan obsesi yang demikian akan menjadi cambuk bagi seorang fasilitator untuk mewujudkan perubahan di tengah masyarakat.
Sikap yang demikian pun perlu ditularkan kepada masyarakat, melalui keteladanan dan contoh konkrit dalam kegiatan pendampingan sehari-hari.